Oleh: Romi Afriadi.
Jika diurut dan diberi daftar benda apa yang paling berpengaruh pada bulan Ramadhan. Saya yakin, bedug akan masuk dalam daftar itu. Keberadaannya sepanjang bulan Ramadhan dianggap penting. Karena benda inilah sebagai penanda untuk memulai dan mengakhiri puasa dalam satu hari.
Bedug yang berbunyi pada waktu magrib, pastinya paling ditunggu, karena itu masanya berbuka. Bunyi beduk magrib selama bulan Ramadhan akan lebih merdu dibandingkan senandung Nissa Sabyan sekalipun. Semua orang yang berpuasa akan memasang telinga lebar-lebar, berharap bunyi dentungan itu segera terdengar.
Bedug biasanya banyak terdapat pada mesjid orang-orang Nahdatul Ulama (NU), mereka menempatkan bedug di sudut halamannya atau di beranda masjid. Itulah kenapa bedug banyak terlihat di masjid-masjid perkampungan. Karena rata-rata masyarakat di perkampungan menganut Islam Tradisional ala NU.
Keberadaan beduk ini memang sudah jadi ciri khas Islam Tradisonal, selain memakai kain sarung. Jika Anda berjalan-jalan ke kampung yang belum tergerus oleh kebiasaannya oleh zaman. Pemandangan beduk di masjid akan sering dijumpai. Begitu pun gambaran para jamaah tuanya yang laki-laki, pastilah kebanyakan memakai sarung ketimbang celana. Itulah khas orang-orang Islam tradisional.
Bagi masyarakat perkampungan, bedug bukan hanya sekedar penanda tibanya waktu salat. Namun juga sebagai sarana komunikasi. Di saat teknologi belum secanggih sekarang, sound system belum ada. Bedug-lah sebagai sumber informasi, penyampai kabar kepada khalayak ramai, bahwa ada sesuatu hal yang terjadi.