Sakit Hati Di-bully, Siswa SMP di Temanggung Bakar Sekolah

oleh -
tersangka-saat-dihadirkan-dalam-konferensi-pers-di-mapolres-temanggung
Tersangka saat dihadirkan dalam konferensi pers di Mapolres Temanggung. (gardaberita.com/Ant)

TEMANGGUNG (gardaberita.com) — Mengaku sakit hati sering di-bully teman-teman sekolahnya, seorang siswa berinisial R (13) membakar beberapa ruang kelas di sekolahnya di SMP Negeri 2 Pringsurat Kabupaten Temanggung, pada Selasa (27/6) dini hari.

Menurut keterangan Kapolres Temanggung AKBP Agus Puryadi, R menjadi tersangka setelah polisi menemukan sejumlah barang bukti yang ditemukan di lokasi serta dari rekaman CCTV yang ada di sekolah tersebut.

Kapolres Temanggung menjelaskan modus operandi tersangka, yakni menyiapkan diri dengan sebuah botol bekas minuman bervitamin. Kemudian menggunakan cairan khusus yang sudah dicampur dengan bahan tertentu sehingga menimbulkan api yang besar, upaya tersangka ini cukup berhasil, sehingga sejumlah ruangan di sekolah tersebut terbakar.

“Dengan bahan bakar minyak dan isi korek gas digabungkan menjadi satu kemudian diramu dan dicoba. Uji coba pertama berhasil dilakukan di belakang rumahnya dan hasilnya cukup bagus,” terang Kapolres.

Setelah berhasil melakukan uji coba, R membuat tiga buah rangkaian yang sama, satu diletupkan di sebelah kanan sekolah, kemudian ada yang dilempar.

“Yang paling fatal adalah yang ditaruh di ruang prakarya, karena ruang ini tidak tetutup dan di dalamnya terisi barang-barang dari kayu dan kardus. Hasil karya tersebut habis terbakar,” bebernya.

Dari ruang prakarya ini kemudian api merambat ke ruang kelas lain yang bagian atapnya separuh hangus, hampir roboh. Kemudian dia jalan lagi ke green house tetapi juga tidak terbakar habis. kemudian dia juga membakar spanduk kelulusan.

Lalu apa motif siswa R ini melakukan aksi tersebut? Kapolres menyampaikan, tersangka merasa sakit hati karena sering dibuli oleh teman-temannya, termasuk oleh guru yang menurut dia kurang kurang memperhatikannya.

“Artinya ini adalah subjektif pada perasaan si siswa. Hal tersebut dibuktikan pada saat dia mempunyai sebuah prakarya dan oleh guru menilainya biasa saja, maunya dia yang terbaik,” katanya.